Article > Menahan Ego Dalam Bermusik, Mampu?
Music
Topik ini umumnya gampang diomongin, tapi pada prakteknya dapat menguras energi dan menyebabkan makan ati. Pengennya sih “Volume instrumen gua lebih kenceng dibanding yang lain.” “Porsi permainan gue lebih menonjol dibanding yang lain.” “Yang penting nyaman buat gue aja, ga peduli yang lainnya ngerasa gimana.”
Bangga kalau pertemanan jadi renggang? Seenak itu yah kalo kebutuhan ego terpenuhi? Sebaliknya, kalo mau keadaan jadi lebih baik gimana dong? Belajar untuk lebih dewasa = Zona tidak nyaman, karena hanya orang dewasa lah yang mampu untuk mengalah demi kebaikan bersama, menunda untuk meledakkan amarah, melihat jangka panjang, dan menahan ego diri sendiri.
Kalo lo levelnya 8 dan temen lo levelnya 5, yah sebaiknya lo berbesar hati untuk nurunin level lo jadi 7 atau 6. Sementara temen lo juga sebaiknya berusaha ningkatin levelnya jadi 6. Dengan begitu, kalian bisa ketemu di tengah-tengah. Di situlah inti dari main musik bareng—bukan siapa yang paling tinggi levelnya, tapi bagaimana semuanya bisa saling menyesuaikan. Karena musik yang enak itu lahir bukan dari kompetisi, tapi dari harmoni.
Kalau masing-masing ngotot main di levelnya sendiri, hasilnya malah nggak nyatu. Tapi ketika semua mau sama-sama nurunin ego, musik jadi terasa lebih kompak, solid, dan justru lebih nikmat buat didengar. Akhirnya, bukan lagi soal siapa yang paling jago, tapi siapa yang paling bisa bikin musik itu jadi utuh. Dan percaya deh, justru dari situ orang bakal lebih respect sama permainan lo. Karena di panggung, chemistry itu jauh lebih berharga daripada sekadar pamer skill. Musik yang solid akan selalu meninggalkan kesan, bahkan setelah lagu terakhir selesai dimainkan.